Terinspirasi Dari Posting Sahabat BW/45 -
Tentang Ustadz Pasang Tarif - Halo guys apa kabarnya semua? semoga sehat ya. Posting kali ini berhubungan dengan satu artikel pengalaman dari
Sahabat Blogger (BW/45). Dia adalah anak muda yang terlihat sholeh karena suka main dimasjid.
Cukup menginspirasi bagi Saya atas pengalamannya untuk Saya publikasikan disini. Bisa jadi bahan renungan khusus untuk Saya pribadi dan, mungkin teman-teman pada umumnya mengenai salah satu
fenomena jaman sekarang.
Tidak didasari oleh pemahaman akidah sangat berpotensi akan mudah goyah keyakinan seseorang. Layaknya bangunan yang menjulang tinggi, mustahil akan bertahan dan berdiri tegak kalau
pondasinya keropos, itu adalah sebab utama mengapa Saya merasa terganggu. Berita terkait fenomena ini juga sempat jadi trending topik lo! Saya tidak perlu cerita barangkali, kalau sahabat punya tv pasti pernah dengar.
Setelah googling ternyata fenomena seperti ini jarang sekali dibahas, cepat dilupakan atau sengaja melupakannya dan, bahkan terkesan ada pihak-pihak tertentu buat cara agar fenomena seperti ini menjadi biasa dan wajar terjadi. Mereka lebih suka menyebutnya hak individu dan kemanusiaan. Ada juga alasan lain seperti, dianggap aib! tidak bijak kalau dibahas. Disisi lain fenomena ini justru berdampak sangat fatal ketika masyarakat umum sudah memandang hal ini adalah suatu kewajaran.
Ustadz Pasang Tarif
Apakah ini aib? lalu kenapa terus dilakukan? bahkan Saya perhatikan semakin menular sangat luas, masuk keperkampungan. Kenapa orang kampung ikut-ikutan?
ustadz kondangnya juga pasang tarif. Sudah pasang tarif, tidak amanah, ini adalah kisah nyata. Menurut Saya hal paling mendasar dan krusial terkait kasus, bukan terletak pada tidak amanahnya ustadz tersebut, melainkan
efek dari kebiasaannya (membudaya).
Untuk hal tidak amanahnya seseorang masih banyak kemungkinan, satu kemungkinan sangat wajar barangkali karena kasusnya ketika ditelpon beberapa kali nggak diangkat-angkat bisa jadi
malaikat maut sudah menjemputnya kita nggak tahukan hehe. Beda cerita kalau kasusnya memang disengaja.
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain[838]. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. (an-Nahl: 92)
Asbabun Nuzul (an-Nahl: 92):
[838]. Kaum muslimin yang jumlahnya masih sedikit itu telah mengadakan perjanjian yang kuat dengan Nabi di waktu mereka melihat orang-orang Quraisy berjumlah banyak dan berpengalaman cukup, lalu timbullah keinginan mereka untuk membatalkan perjanjian dengan Nabi Muhammad S.A.W. itu. Maka perbuatan yang demikian itu dilarang oleh Allah S.W.T.
Bahwa Sa’idah al-Asadiyyah adalah seorang yang gila, kerjaannya hanyalah mengepang dan mengurai kembali rambutnya berulang kali. Ayat ini (an-Nahl: 92) turun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang selalu mengikat janji, tapi tidak menepatinya
(Allah mengibarakannya seperti orang gila)
Panutan kita adalah Rasululllah SAW. Rasulullah tidak pernah mengajarkan kepada umat dan pengikutnya berdakwah untuk dibayar. Tapi berdakwah untuk menunaikan kewajiban visinya adalah mencapai Rido Allah. Apalagi ini
Ustadz minta DP segala seperti disebutkan oleh
+Achmad Fazri pada postingnya tentang
"Maulid Nabi".
Asbabun Nuzul diatas bukan sekedar
mengkaji tentang amanah dengan ruang lingkup yang sempit seperti kebanyakan orang pahami. Tapi lebih dari itu seperti, ketika
Ustadz Pasang Tarif itupun sudah masuk kriteria bahwa mereka tidak amanah. Tidak amanah atas janji dan perintah Allah serukan sebagai peringatan dan teguran. Melalui kitab suci Al Quran yaitu mereka (orang-orang yang diberi petunjuk) tidak meminta upah dalam menyampaikan Al Quran. seperti firman Allah berikut.
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat. (Al An´aam : 90)
Terlepas dari fenomena seperti itu, coba sama-sama kita renungkan bagaimana nasib masyarakat awam kalau pendakwah semuanya pasang tarif. Karena melihat golongan lain juga pasang tarif dan jumlahnya sangat banyak (kondang dan fasih) akhirnya ikut-ikutan pasang tarif dan, ikutan-ikutan jadi ustadz (Mendadak Ustadz) Padahal sedikitpun mereka tidak mencerminkan manusia yang berpegang teguh dengan petunjuknya.